17 Desember 2008

Adakah Puisi Indah

Adakah sebuah keindahan yang melebihi tafakkur atas nikmat Tuhan?
Kurasa tak ada.
Tiada yang lebih membahagiakan jiwa kecuali mengingat Tuhan
Tiada yang lebih indah dibanding bertemu kekasih, Sang Penciptaku.
Tiada yang lebih menyenangkan hati kecuali berbisik dengan Sang Maha Daya Cinta.
Robbi, kapan Engkau memanggil hamba ini
Penuhilah kalbuku dengan rindu pada-Mu
Penuhilah hatiku dengan cinta-Mu
Penuhilah hidupku dengan mengingat-Mu
Penuhilah alam hayalku dengan asma-Mu
Penuhilah gerak bibirku dengan kalam-Mu
Sinarilah hati dengan cahya cinta-Mu
Sucikanlah jiwa dalam telaga mulya-Mu
Allah, tetapkanlah hati ini dalam genggam-Mu
Tetapkanlah rindu ini hanya pada-Mu
Jagakanlah, bersihkanlah, dekaplah aku dalam cahya suci-Mu
Penuhilah rongga dadaku dengan rohmat-Mu
Allah, semoga tiada pernah aku lupa akan Engkau
Semoga tiada pernah mati cahya iman
Semoga tiada pernah syaitan mampu menguasai hatiku
Hingga aku menghadap pada-Mu
Dalam busana yang Engkau siapkan untukku
Salamku untuk sang mustofa-Mu, penuntun kalbu

12 Desember 2008

Rasa itu takkan sama

Senja menguak sinarnya yang hampir beku termakan malam yang mulai menyala, menyorot ujung sajadah pemberian kawan yang tak sedikitpun terlewat dari kenang berkepanjangan. Yah, hari itu Asma mengajakku mampir ke musholla universitas. Tempat yang tak asing di telinga, namun tempat itu tak cukup mudah kuingat dalam hati.Aku seorang muslimah, hanya dalam formulir penerimaan mahasiswa baru. Atau kalau tidak, status itu tertera pada KTP-ku. Sore itu aku mengantar Asma menunaikan sholat Ashar, dan baru kali pertama kulihat ada orang sholat sekhusyu' itu. Airmata yang tersembunyi dibalik senyum ramahnya mengalir begitu indah, sejuk di pandangan. Masalah sedang mengganggunya, kukira waktu itu. Saat kucoba mencari kebenarannya, senyum indah yang biasa kudapat kembali terlihat.
" Apakah air mata hanya untuk sebuah masalah,? "
Sama sekali tak ada yang salah pada kalimat itu, dan apa yang diucapkannya membuatku berpikir.
" Kita meneteskan air mata ketika berdo'a, sama seperti kita menjalankan sholat. Tidak perlu menunggu masalah yang kita hadapi "
Satu kalimat lagi yang sedikit menyindirku, meski aku tahu dia tak bermaksud demikian. Ada banyak hal yang kudapat dari pribadi lembut itu, kepatuhan tanpa ada rasa dirugikan. Semua dilakukannya dengan ketulusan, tanpa merasa dibebani dengan aturan agama yang menurutku melelahkan. Aku semakin mengakui kelebihannya yang memang sepenuhnya tak kumiliki. Tapi degan lebih dekat dengan Asma, bagiku itu mengurangi rasa ketidakrelaanku saat Amru menolak pernyataan cintaku yang kuutarakan dengan tertatih-tatih seminggu sebelumnya. Sebagai seorang mahasiswi yang realistis, aku tak bisa dengan picik membenci Amru ataupun Asma yang waktu itu sedang didekatinya. Aku harus bisa melihat kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri Asma, dan mencari cara untuk meyakinkan diri bahwa aku memang tak seharusnya menaruh rasa pada orang yang tidak merasakan hal yang sama.Saat itu aku memang tak mengatakan apapun padanya, kumanfaatkan sanggar sastraku untuk bertanya banyak tentang aktifitas seorang aktifis lembaga sosial yang kubilang menjadi tokoh utama pada pementasan teater kami dua minggu setelahnya. Hatiku sedikit terusik, ada dingin yang tiba-tiba serasa menggerakkan seluruh sum-sum tulangku. Lisan tak begitu kelu untuk mengucap kalimat Astaghfirullahal 'adzim, sedikit air mata menggenang di pelupuk mata dan tak berani kutampakkan di depan Asma. Hari itu aku memberanikan diri masuk ke dunia milik para mahasisiwi berjilbab.
" Boleh kupinjam mukenahmu,? " pintaku singkat
" O, pasti. Tentu kamu tak ingin melewatkan waktu ashar ini kan,? "
Hanya kuanggukkan kepalaku untuk menanggapi pertanyaan Asma. Daripada nanti aku salah bicara, pikirku. Dengan langkahku yang sedikit ragu, kuberanjak menuju musholla berukuran 4 x 5 meter dan bercat tembok warna hijau muda yang sejak awal hanya jadi tontonan bagiku. Untuk menunaikan ibadah sholat sebenarnya bukan hal yang sulit bagiku, ibuku pernah membantuku menghafalnya waktu aku akan menghadapi ujian praktek pelajaran agama semasa aku duduk di bangku SD. Hanya tinggal aku yang tak begitu mengenal untuk apa agama itu sebenarnya, semua berlalu begitu saja setelah kedua orang tuaku terpanggil oleh Tuhan yang dulu sempat kubilang tak memahami perasaan hamba-Nya. Kalau kuingat saat itu memang aku benar-benar bodoh, dan tak ada yang mampu memberiku sebuah pelurusan tentang ini. Uh! semua berlalu begitu menjemukan dan bodoh bagiku saat ini.
" Lan, belum mulai juga,? "
Asma mulai mengingatkanku dari teras musholla, mungkin aku sudah terlalu lama berdiri di atas sajadah bergambar ka'bah itu.Mulai kuangkat tanganku, sembari mengucap kalimat Allohu Akbar lisan dan memantapkan hati mengakui lalai hidupku.
Hari inipun sama, dengan rasa yang tak berubah. Hanya ketenangan semakin menaungi batin yang sejak dulu gundah tak menentu, itupun setelah aku bergabung dengan sebuah jama'ah mahasisiwi muslim di kampus. Lagi-lagi Asma yang mengajakku, dia memperkenalkan dunia serta teman-temannya yang tak kuketahui sebelumnya. Hari itu tepat di usiaku yang ke dua puluh dan kurayakan dengan memberi bantuan dana pada lembaga sosialnya, itupun berkat usulannya.
" Mereka ini anak-anak yang aktif di yayasan ini, kami juga mengadakan acara religi setiap satu bulan sekali. Yah, siapa tahu kita sempat lengah terhadap keikhlasan kita dalam beramal, "
Aku hanya tersenyum, aku serasa menjadi orang terbodoh dalam petemuan itu.
" Kalau di jama'ah, apa saja yang dilakukan,? " tanyaku mulai tertarik
" O, kalau itu kita biasanya dzikir bareng-bareng. Biasanya malam jum'at " seorang mahasiswi yang kerap kali kutemukan di rapat BEM menjawab.
Kupandangi para jilbaber itu lebih dalam, ada ketenangan yang mereka miliki dan tidak kumiliki. Aku bisa merasakannya, kepasrahan yang terpancar dari hati mereka.
" Subhanallah, keindahan ini kapan kumiliki,? " ucapku sekedar berbisik di hati.
Aku mulai melihat keadaanku yang terlihat bodoh. Celana jeans ketat, T-shirt di atas pinggul, serta rambut sebahu yang diikat.
" Ah! Apa-apaan aku,? " gerutuku dalam hati
Sejenak tak ada perbincangan di antara aku, Asma, dan dua orang anggota lembaga sosial itu. Mungkin mereka mencoba menerka,apa yang saat ini ada dalam pikiranku? Tapi itu cuma pikiran negatifku, para gadis lembut itu tak bisa berpikir terlalu dalam sepertiku. Mereka orang baik, dan terlalu baik untukku. Kuputuskan untuk masuk dalam dunia mereka, bukan untuk mendekati Asma ataupun mendapatkan cinta Amru. Tapi untuk cinta lain yang tak pernah memilih, cinta Sang Pencipta pada hamba-Nya.

08 Desember 2008

Sebuah diskusi menarik

Dyah Hana: Met pagi mas,saya bru aja buka blognya mas.salam knal dari dyahhana dari banyuwangi.saya pemula yang belajar sastra tanpa bimbingan.Hanya melalui diskusi di komunitas sastra di kampus.
Agus Noor: salam kenal juga..iya, saya juga lagi baru mau nulis balesan di blog sy...
Dyah Hana: ow,jd gtu.Seneng banget bisa diskusi masalah sastra sama yang dah ahli.
Dyah Hana: Gmn mnrut mas?
Agus Noor: Pada dasarnya, apa yang "dipanggungkan" adalah pementasan. Jadi, bila sebuah peristiwa berlangsung di atas panggung, dan ditonton, maka itulah terjadi apa yang disebut "peristiwa teater, atau pementasan. Dalam pentas itu, mungkin tak ada dialog, hanya gerak seperti dalam patomime atau tari. Dan banyak pula jenis pementasan teater yang meminimalisasi bahasa verbal/ Ingat "teater mini kata"-nya Rendra. Ingat teater Arthud, yang lebih percaha pada bahasa purba yang ada pada tubuh manusia.
Dyah Hana: Lalu,bagaimn dg penghayatan peran.untuk mencapainya secara maksimal,apa yg bisa sy lakukan untuk mendalami peran dengan mudah?
Agus Noor: Tentu saja: latihan... Bila kamu punya komunitas teater, maka kamu akan belajar tahapan2 seni peran: mulai dari konsestrasi, pengolahan tubuh, pengolahan jiwa/penghayatan, memperluas wawasan untuk memahami karakter, dllAgus Noor: tetapi, prinsip dari semua itu, ya latihan yang intens dan rutin...agar kamu bisa makin memahami dirimu, lingkunganmu dan hidupmu...sesungguhnya itulah proses berteater yang nikmat...Ia tidak hanya berhenti pada proses untuk menjadi aktor atau aktris, menjadi bintang...tetapi yang jauh lebih subtil dan penting adalah: belajar kehidupan...
Agus Noor: Seperti orang belajar ngaji..mungkn awalnya hanya belajar bagaimana melagukan ayat-ayat dengan baik..bagaimana tajwidnya dan segala persoalan tekhnis pelaguan...tetapi, setelahnya, ia akan memahami makna ayat-ayat itu...dan ia akan memperoleh pencerahan dalam hidupnya....
Dyah Hana: Sy dan tmn2 mmg mmbntuk kmntas teater sendiri.cm yang sulit adalah knsntrasi dan fokus terhadap peran.Karna kmi msh belum bgtu mampu mengolah jiwa.Agus Noor: Seperti itulah proses penghayatan ilmu teater...
Dyah Hana: mas,sy mmang ada di pesantren.dan kami yang ada di pesantren sangat tertarik pada teater.Kira2 kpn mas bisa ke banyuwangi ya?mgkin skalian promo bukunya mas.
Agus Noor: hahahaha...nantilah bisa kita atur waktunya. Atau coba kamu bikin acara "workshop penulisan dan pementasan teater" buat pesantren dan umum atau sederajat...nanti saya jadi fasilitatornya...asal waktunya ga berbenturan saja..
Dyah Hana: oke deh!
Dyah Hana: Sekalian bisa ajak tmn2 kmntas sy dskusi sm mas.
Agus Noor: boleh..
Dyah Hana: pesantren sy di Pondok pesantren Darussalam Blokagung-Tegalsari-Banyuwangi-jawa timur.Atau mas buka aja website-nya di http://www.blokagung.net/.
Dyah Hana: Tapi kmnitas sastra sy di http://www.sabana2007.blogspot.com/
Dyah Hana: o ya,kalau penerbit yang bisa terbitin antologi puisi penerbit mn ya mas?
Agus Noor: kamu lihat ajah buku-buku puisi yang sudah diterbitkan...lihat nama penerbitnya, alamatnya, lalu coba kirimkan naskahmu ke sana

25 November 2008

Wajah Tua

Anak bahagia duduk di kursi kuasa
Indah,
Mewah,
Mahal tak terkalah,
Tak satu tangan menjamah.
Tertinggi di ranah pemerintah

Mungkin tak ingat
Ada wajah tua meratap
Menyusuri tiap nelangsa tersurat
Mengerah peluh kala lapar menatap.

Aku,
Hanya bisa tersenyum pilu.
Tak teraih luka penghias haru
Batin cuma mengadu
Wajah tua tak bisa beradu
Karena Anak bahagia kesayangan mereka waktu lalu.

Wajah Tua

Anak bahagia duduk di kursi kuasa
Indah,
Mewah,
Mahal tak terkalah,
Tak satu tangan menjamah.
Tertinggi di ranah pemerintah

Mungkin tak ingat
Ada wajah tua meratap
Menyusuri tiap nelangsa tersurat
Mengerah peluh kala lapar menatap.

Aku,
Hanya bisa tersenyum pilu.
Tak teraih luka penghias haru
Batin cuma mengadu
Wajah tua tak bisa beradu
Karena Anak bahagia kesayangan mereka waktu lalu.

23 November 2008

Seminar sastra dan menejemen cinta

jumat lalu kita bermeriah
dalam satu usaha pengumpulan dana
menjadi lebih baik dengan kemajuan
alhamdulilah kegiatan berhasil
semoga sabana jadi lebih baik

AKU DAN YANG LAIN (MUNGKIN)

bila aku makan jagung,
aku seperti sapi
jika aku makan sup,
aku seperti babi
bila aku makan buah,
aku seperti kelalawar

apakah ini juga terjadi padamu,
manusia....
kamu hewan

akalmu hilang
maka kamu hewan
tak ubahnya demikian

01 Juli 2008

kebohongan penguasa

rintihan jiwa tiada didengar penguasa
rakyat jelata yang tersiksa
presiden atau raja tiada bijaksana
hanya memeras harta kaum sudra

perut kenyang yang terasa
tiada tahu menanggung dosa
hanya mengejar kenikmatan dunia
paham hedonisme yang dibawa

berjuta rakyat bersimbah luka
mereka dirampas haknya
rakyat miskin, busung lapar melanda
pemuda banyak tak kerja
wahai pengusa indonesia
di mana janji-janjimu dulu
ketika engkau duduk di atas kursi pemilu
kat-kata manismu menabur dalam kalbu
bagaikan madu syahdu
semua itu hanya fatamorgana
kenyataan semu yang dirasa


by: BY-DOR

kekuatan jiwa

kekuatan jiwa

lruhnya kesombongan adalah
kekuatan jiwa paling suci
dimana bersandar pada yang agung
wujud kepasrahan yang syah
bukan kebodohan logika belaka
justru sebaliknya
....

umam kh
18 juli 2007

11 Juni 2008

MRENGUT

Apa kau marah?

tersenyumlah!


UNM
MRENGUT

Apa kau marah?

tersenyumlah!


UNM

31 Mei 2008

budak

budak

aku bukan budak ideologi
bukan pula aku budak teknologi
juga bukanlah budak ilmu
apalagi budak manusia, bukan!
aku hanya budak Tuhanku
tak akan ku agungkan selain Dia
aku adalah budak yang terbeli surga
aku adalah budak siap mati


jumat sore, 30-05-2008
abusakeeeeeeeeee

budak

budak

aku bukan budak ideologi
bukan pula aku budak teknologi
juga bukanlah budak ilmu
apalagi budak manusia, bukan!
aku hanya budak Tuhanku
tak akan ku agungkan selain Dia
aku adalah budak yang terbeli surga
aku adalah budak siap mati


jumat sore, 30-05-2008
abusakeeeeeeeeee
Puisi di atas Cinta


dengan nama cintamu kau berserah diri



tulus hatimu indah ku hargai



maaf aku bila menyakitimu



beribu penghargaan teruntukmu


31-05-2008


Puisi di atas Cinta


dengan nama cintamu kau berserah diri



tulus hatimu indah ku hargai



maaf aku bila menyakitimu



beribu penghargaan teruntukmu


31-05-2008


12 Januari 2008

DIRIMU?

maaf bila ku tak tatap netramu
maaf bila ku tak peduli hadirmu
bukan maksud ku begitu
aku malu menyambutmu
tapi sungguh aku rindu menyapamu, manjamu

sekejap kamu lenyap dari awasku
tapii yakin ku itu sementara
selekasnya kamu pasti hadir dalam ruangku
ayolah bintangku beneranglah
aku jadi menyesal tak dekatmu

abusake
where are you, 13 01 2008